BREAKING NEWS

Di Balik P21 Kasus Ijazah , Berikut Pesan Jokowi

Berkas P21 kasus ijazah , terungkap obrolan antara Yakup Hasibuan dan Jokowi di kediaman Solo.

Yakup Hasibuan bersama Jokowi (Foto : Dok , NEWSTUJUH.COM )

SEMERUPOS.COM , SOLO – Malam di kediaman pribadi Joko Widodo di Sumber, Solo, terasa lebih hening dari biasanya pada Desember 2025 ini. Di sebuah ruang kerja yang kental dengan aroma kayu jati, sang mantan Presiden tampak tenang, kontras dengan hiruk-pikuk berita di televisi yang memuat tajuk utama: "Polri Selesaikan Berkas Perkara Ijazah, Siap P21".

Di hadapannya, duduk pengacara muda Yakup Hasibuan. Ia membawa dua map yang membawa bobot berbeda. Satu map hitam berisi bukti forensik laboratorium yang mengunci keabsahan serat kertas ijazah tahun 1985. Namun, map merah tua di tangan lainnya menyimpan rahasia yang lebih kelam: jejak pendanaan sistematis dari seorang tokoh berpengaruh di Jakarta.

Orkestra Fitnah dan Dendam Hilirisasi

"Pak, kebenaran administratif sudah terkunci rapat," lapor Yakup dengan suara yang sedikit parau. "Labfor memverifikasi semuanya nyata. Para penyebar fitnah terpojok. Tapi... ada temuan lain."

Yakup membuka map merah tersebut. Ia menjelaskan bahwa serangan narasi "ijazah palsu" yang berlangsung bertahun-tahun bukanlah sebuah kebetulan. Semua bermuara pada satu titik seorang "Orang Besar" di Jakarta yang merasa kepentingannya terganggu oleh kebijakan hilirisasi yang digagas Jokowi saat menjabat.

"Kita bisa menjeratnya sekarang, Pak," tegas Yakup.

Namun, Jokowi hanya tersenyum tipis sembari menuangkan teh melati hangat. "Ada bayangan baru, Mas Yakup?" tanyanya tenang.

Kemenangan Kertas vs Kedamaian Hati

Alih-alih menyambar peluang untuk membalas dendam, Jokowi justru menunjukkan sisi kemanusiaannya yang paling dalam. Baginya, status P21 (berkas lengkap) dalam hukum memang sebuah keberhasilan, namun di sisi lain, ia melihatnya sebagai sebuah duka bangsa.

"Duka karena kita menghabiskan energi bangsa hanya untuk membuktikan sesuatu yang sudah kasat mata. Duka karena kebencian telah menutup nalar mereka," ujar Jokowi sembari menatap sebuah foto usang dirinya di hutan puluhan tahun silam.

Jokowi menegaskan bahwa ia telah lama mengetahui siapa sosok di balik layar yang mencoba menjatuhkannya. Namun, ia memilih untuk tidak membuka "kotak pandora" tersebut ke publik demi menghindari kegaduhan baru.

"Keadilan harus ditegakkan di Portal Informasi Polri, tapi kedamaian harus ditegakkan di hati. Anggap proses hukum ini jalan untuk 'menolong' mereka agar berhenti berdosa lewat lisan," lanjutnya.

Pesan dari 'Kayu Jati' yang Lolos Uji

Pertemuan malam itu berakhir dengan sebuah nasihat yang membuat Yakup Hasibuan tertegun. Jokowi berpesan bahwa puncak tertinggi dari kekuatan bukanlah kemampuan untuk menghancurkan lawan dengan fakta, melainkan kemampuan untuk memaafkan.

"Jangan pernah merasa menang saat membungkam orang lain dengan fakta. Merasalah menang saat kamu bisa memaafkan mereka yang bahkan tidak meminta maaf padamu," ucap Jokowi.

Yakup pulang tidak hanya membawa berkas hukum, tetapi juga perspektif baru tentang kekuasaan dan ego. Di balik jendela ruang kerja di Sumber, sosok Jokowi masih tampak tegak. Seperti kayu jati yang ia cintai, ia telah melewati proses pembakaran sejarah dan tetap berdiri kokoh.

Catatan Redaksi: Pelajaran dari Kasus P21

Kebenaran hukum mungkin akan terurai di SIPP Pengadilan, namun sejarah akan mencatat siapa yang tetap tenang di tengah badai. Kasus ini mengajarkan bahwa saat kita memiliki kuasa untuk membalas, memilih untuk menerangi mereka yang tersesat adalah bentuk kemenangan yang sesungguhnya.

Sumber:LenteraMerahPutih

Naw /Red

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar