Tragedi Ponpes Al Khoziny , 67 Santri Tewas ,104 Selamat
![]() |
Petugas mengevakuasi korban reruntuhan ( Foto : Dok NewsTujuh} |
SEMERUPOS , SIDOARJO - Operasi pencarian korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, akhirnya dinyatakan tuntas, Selasa (7/10/2025). Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi seluruh korban setelah delapan hari bekerja tanpa henti di bawah reruntuhan beton dan puing bangunan musala pesantren tersebut.
Berdasarkan data resmi Basarnas, total korban dalam tragedi ini mencapai 177 orang, terdiri dari 67 korban meninggal dunia termasuk 7 bagian tubuh (body part) yang telah diidentifikasi sebagai korban serta 104 santri yang berhasil selamat dengan luka ringan hingga berat.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menyebut proses evakuasi terakhir dilakukan di sektor A2 dan A3, area tempat wudu dan belakang bangunan utama pesantren.
“Tim kami berhasil mengevakuasi beberapa korban pada Senin malam, termasuk satu body part yang ditemukan sekitar pukul 21.00 WIB,” ujar Yudhi dalam keterangan resminya di Posko SAR Sidoarjo dilansir dari NEWSTUJUH.COM
Evakuasi Berlangsung Penuh Risiko
Proses penyisiran puing berlangsung selama delapan hari dengan medan yang disebut sangat sulit. Struktur bangunan yang labil, ruang sempit, serta minimnya oksigen membuat petugas bekerja dengan sistem rotasi dua jam per tim.
Kepala Basarnas Jawa Timur menjelaskan, reruntuhan mencapai kedalaman hingga 80 sentimeter dan terdiri atas material beton berat. “Kami sempat menemukan beberapa korban dalam posisi terjepit, sehingga evakuasi memerlukan waktu ekstra agar tidak memicu ambruk susulan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari, memastikan seluruh area reruntuhan telah disisir sepenuhnya. “Operasi pencarian kami nyatakan selesai. Semua korban, baik yang meninggal maupun selamat, telah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit untuk proses identifikasi,” ujarnya.
Korban Berasal dari Berbagai Daerah
Sebagian besar korban merupakan santri berusia antara 13 hingga 19 tahun. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Surabaya, Madura, Lamongan, Bojonegoro, hingga Jawa Barat.
Hingga kini, 17 jenazah telah teridentifikasi, sementara sisanya masih menjalani proses pencocokan DNA di Laboratorium Biddokkes Polri di Jakarta.
Pihak rumah sakit juga membuka posko ante mortem dan post mortem bagi keluarga santri yang masih menunggu hasil identifikasi. Di RS Bhayangkara Polda Jatim, posko ini menjadi pusat informasi resmi bagi keluarga korban.
Pemerintah Perketat Pengawasan Bangunan Pesantren
Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menegaskan akan melakukan audit menyeluruh terhadap bangunan pondok pesantren di seluruh wilayah Indonesia.
Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menilai, tragedi Al Khoziny menjadi peringatan keras terhadap lemahnya pengawasan konstruksi di fasilitas pendidikan berbasis pesantren.
“Hasil pemeriksaan awal menunjukkan adanya indikasi pelanggaran standar keamanan bangunan. Ini momentum bagi kita untuk memastikan seluruh lembaga pendidikan keagamaan mematuhi aturan teknis konstruksi,” ujar AHY.
Ia menyampaikan bahwa pemerintah akan membentuk Tim Evaluasi Teknis Nasional yang melibatkan Kementerian PUPR, BPBD, asosiasi teknik sipil, dan lembaga keagamaan untuk meninjau ribuan bangunan pesantren di Indonesia.
Dukungan Psikososial dan Penutupan Lokasi
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak bersama istrinya, Arumi Bachsin, meninjau langsung posko RS Bhayangkara Surabaya dan menemui keluarga korban. Pemerintah daerah juga menyiapkan layanan psikososial serta bantuan logistik bagi para santri yang selamat.
“Semua fasilitas kesehatan dan dapur umum kami aktifkan sejak hari pertama. Fokus kami kini adalah pemulihan psikologis santri dan keluarga,” ujar Kepala BPBD Jatim.
Setelah seluruh area dinyatakan aman, lokasi Ponpes Al Khoziny akan ditutup sementara untuk investigasi dan rekonstruksi. Aktivitas belajar santri akan dipindahkan ke lokasi sementara yang dinilai lebih aman.
Peringatan untuk Bangunan Publik
Pakar teknik sipil dari ITS, Muji Irawan, menilai perlunya audit menyeluruh terhadap bangunan pesantren lama yang tidak melalui proses pengawasan teknis.
“Banyak pesantren dibangun secara swadaya tanpa sertifikasi struktur. Pemerintah harus turun tangan melakukan pengujian kekuatan bangunan agar tidak ada lagi korban serupa,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan masih melakukan pembersihan puing dan sterilisasi area sebelum tahap investigasi lanjutan dimulai.
Basarnas menegaskan, seluruh data korban yang dipublikasikan berasal dari Pusat Data dan Operasi BNPB guna menghindari simpang siur informasi di lapangan.
Penulis : Naw / Red